Etika dalam Melayani

Kamis, 9 November 2023
Pesta Pemberkatan gereja Basilik Lateran
Bacaan 1: Yeh 47:1-2,8-9,12
Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9
Bacaan 2: 1 Kor 3:9b-11,16-17
Bacaan Injil: Yoh 2:13-22
Warna Liturgi: Putih

Mungkin saya tidak akan memberikan bahasa yang lunak dalam bacaan ini, karena pada dasarnya banyak hal yang sempat saya lihat dan alami sedikit banyak bersinggungan dengan bacaan hari ini. Meskipun sampai dengan saat ini pun saya masih mencari juga perwujudan pelayanan apa yang dapat saya jalani. Kemarahan dalam hati hasil observasi melihat dan merasakan dalam perkumpulan, peribadatan, bercengkerama dan bersosialisasi dalam lingkungan umat dan komunitas pelayan mungkin sangat berdampak pada peralihan yang saya alami. Mungkin sekilas tentang saya bisa menjawab bila Anda bingung di sini.

“… jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan. …”

Yoh 2:16

Pada ayat ini yang mungkin menjadi letak banyak permasalahan timbul. Pelayanan baik dalam Bait Allah maupun di luarnya bisa menjadi ladang kegiatan ekonomi bahkan sarana tawar-menawar dan kekuasaan karena semua bermuara pada uang sebagai salah satu ukuran kekuasaan. Tak perlu saya mengambil contoh, mungkin Anda bisa melihat dan merasakan sendiri.

Saya sendiri lebih memilih menghindar dan mengasingkan diri serta mengambil waktu tenang yang meskipun saya sadari waktu yang saya ambil mungkin sudah terlalu lama. Namun dalam tulisan ini saya ingin mengajak instropeksi diri saja, apakah kita menjadi salah satu oknum pedagang hewan korban dan penukar uang. Pelayanan bukan sebuah hubungan transaksional yang berhubungan dengan ekonomi.

Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

1 Kor 3:9

Kegiatan membangun harus didasari dengan pondasi yang kuat. Selain itu perencanaan bangunan diperlukan agar struktur bangunan dapat kokoh berdiri. Bila ada kesalahan bangunan, misalkan tembok, apa lagi yang harus dilakukan selain dengan menghancurkan dan dibangun ulang?

Saat ini pun saya masih belajar untuk tidak pilih-pilih, tidak menghakimi, berprasangka baik, mencari latar belakang masalah dan mencoba menjadi pendengar serta lebih menjaga lidah. Karena seringkali apa yang berputar di pikiran dan yang diucapkan mulut lebih cepat.

Semoga kita selalu dapat menerima proses yang harus dilewati dengan baik sehingga nanti mendapatkan akhir yang terbaik.

Kekuatan Tersembunyi

Minggu Biasa XXX
Warna Liturgi: Hijau
Bacaan 1: Rm 8:18-25
Mazmur: Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6
Bacaan Injil: Luk 13:18-21

.. biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabang-nya. … seumpama ragi yang … diadukkan ke dalam tepung … sampai khamir seluruhnya.

Dalam Bacaan 1, kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus berbicara mengenai pengharapan dan penantian. Bertahan dalam penderitaan karena adanya harapan, bertahan dalam setiap keluhan dan kesakitan dalam penantian. Perjuangan dalam iman dan percaya bahwa ada sesuatu yang besar pada akhirnya.

Dalam Injil, Yesus memberikan perumpamaan mengenai biji sesawi dan ragi. Biji sesawi yang kecil akan tumbuh dan menjadi tempat tinggal bagi burung-burung. Ragi yang mempengaruhi seluruh adonan tepung sehingga bisa menjadi bahan baku roti ataupun anggur.

Biji sesawi yang ditanam di ladang mungkin tidak menjadi tumbuhan utama. Sesuatu yang kecil dan bukan merupakan fokus pertanian utama, namun bisa menjadi tumbuhan peneduh ketika pada posisi puncak perkembangannya. Bahkan burung-burung yang bukan merupakan peliharaan dan mungkin bisa mengganggu pertanian pun menjadikannya rumah.

Ragi adalah mikroorganisme yang dipelihara sebagai sarana fermentasi dalam pembuatan roti, tape, anggur dan bir. Sebagai mikroorganisme yang sangat kecil, ragi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, meskipun ada pertentangan dalam hal fermentasi yang menghasilkan alkohol yang memabukkan dan dalam prosesnya melibatkan pembusukan. Namun pada prosesnya yang tanpa cahaya, sedikit ragi mampu mempengaruhi 3 sukat (sekitar 40 kg) tepung.

Semoga kita mampu bertahan dengan berproses meskipun terlihat kecil dan sepele namun tetap melangkah maju secara konsisten karena iman akan adanya pengharapan.

Prasangka Baik

Minggu Biasa XXX
Warna Liturgi: Hijau
Bacaan 1: Rm 8:12-17
Mazmur: Mzm 68:2.4,6-7ab,20-21
Bacaan Injil: Luk 13:10-17

Hukum adalah kumpulan aturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi. Hukum merupakan keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur ketertiban. Hukum juga mengatur sanksi bagi penyalahgunaan. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjalani setiap aspek kehidupan yang bersinggungan dengan aturan-aturan hukum.

Pada Bacaan Injil hari ini, kita dihadapkan pada kenyataan yang mungkin sering kita hadapi. Misal pada Hari Minggu atau saat kita akan berangkat beribadah dimana ada orang yang membutuhkan pertolongan kita, apa yang akan kita lakukan? Mana yang akan kita pilih?

Dalam kegiatan selain peribadatan pun, misal pada pekerjaan, ada kemungkinan kita menghadapi pilihan antara tidak melakukan sesuatu karena aturan sedangkan pilihan lain mungkin akan bermanfaat lebih besar atau lebih efisien. Bagaimana pun kita hidup merupakan perjalanan dalam pilihan demi pilihan.

Apakah dengan tidak melakukan kita dibenarkan karena sesuai peraturan? Apakah dengan melakukan kita dibenarkan karena menolong dan memberi manfaat? Kita seakan dibawa kepada area abu-abu yang diluar kebenaran, namun kita pasti pernah menghadapi.

Menghakimi mungkin adalah hal yang sering kali kita lakukan ketika melihat kesalahan orang dari sudut pandang kita. Kita melihat dari latar belakang norma yang kita pegang, dari aturan dan tingkah laku wajar yang menjadi latar belakang kita. Semua adalah tentang prasangka.

Konsekuensi, Kepercayaan dan Tuntutan

Rabu, 25 Oktober 2023
Pekan Biasa XXIX
Warna Liturgi: Hijau
Bacaan 1: Rm 6:12-18
Mazmur: Mzm 124:1-3,4-6,7-8
Bacaan Injil: Luk 12:39-48

Barang siapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut dari padanya. Dan barang siapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut dari padanya.

Luk 12:48

Perikop Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita agar waspada dan senantiasa siap. Tidak ada yang tahu mengenai apa yang akan datang dan bilamana akan datang, khususnya akan datangnya hari akhir.

Namun di sisi lain, kita juga dihadapkan pada kehidupan yang kita jalani. Hidup dengan segala macam hiruk pikuknya. Dengan segala masalah yang datang silih berganti. Kehidupan yang kita jalani yang harus selalu kita jalani dengan penuh kewaspadaan.

Dalam pengajaran dan bersosialisasi, seringkali ada pemberitaan dan informasi yang simpang siur, misal hoax. Kewaspadaan akan berita yang diterima apalagi dari sumber yang tidak terpercaya. Bahkan dari media dan orang terpercaya pun masih ada kemungkinan untuk berbuat kesalahan karena rasa “gatal” pada ibu jari.

Dalam pekerjaan, kita dihadapkan pada integritas dan profesionalisme. Apakah semua roses kegiatan yang kita lakukan sesuai dengan prosedur yang ada? Apakah kita sudah mengerjakan sesuai tugas dan fungsi pekerjaan kita?

Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Demikian juga iman, semakin tinggi level keimanan maka ujian akan lebih berat. Namun tidak melebihi kekuatan manusia.

Konsekuensi atas pekerjaan yang dipercayakan kepada kita adalah tuntutan-tuntutan yang harus kita penuhi. Dalam segala aspek hidup kita harus tetap berjaga dan berdoa supaya apa yang kita kerjakan dapat mendatangkan “surga” bagi orang-orang di sekitar kita.